Powered By Blogger

Jumat, 21 Januari 2011

tiga lelaki dalam tiga lamp warna

aku ingin diam
menatap puisi perjalanan waktu
sembari membaca laju kemanusiaan
dalam tiap larik helaan nafas

ada orang gila tidur
diperempatan jalan
mengoceh tentang penggusuran
yang kemarin membunuh kewarasannya
pun kehidupannya

"ini milik penguasa,
yang manakah tanah kami
hampir berabad lamanya
kami disini beranak-pinak"

penyapu jalanan meningkahi dengan gerak
yang kaku serupa nasibnya
seolah tumpukan sampah adalah
harga dari tiap keringat merah
yang menetes dari pori-porinya

ah,
kewarasan yang menggila
mengungkung kami di sini,
tiga lelaki dalam tiga warna lampu jalan

ungke
kolaka 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar