aku ingin diam
menatap puisi perjalanan waktu
sembari membaca laju kemanusiaan
dalam tiap larik helaan nafas
ada orang gila tidur
diperempatan jalan
mengoceh tentang penggusuran
yang kemarin membunuh kewarasannya
pun kehidupannya
"ini milik penguasa,
yang manakah tanah kami
hampir berabad lamanya
kami disini beranak-pinak"
penyapu jalanan meningkahi dengan gerak
yang kaku serupa nasibnya
seolah tumpukan sampah adalah
harga dari tiap keringat merah
yang menetes dari pori-porinya
ah,
kewarasan yang menggila
mengungkung kami di sini,
tiga lelaki dalam tiga warna lampu jalan
ungke
kolaka 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar